Tentang Selamatan Orang Meninggal 3, 7, 40, 100, ...1000 (Tahlil)

Sedekah selamatan kematian berasal dari Islam, bukan berasal dari Hindu dan sudah berlaku sejak zaman ulama salaf shaleh (periode sahabat Nabi, Tabi'in, dan Atba'u at-Tabi'in). Mereka menyebutnya "At-Tashadduq lil Mayyit (التصدق للميت)". Kalau ummat Islam Indonesia menyebutnya "Tahlilan".

Imam Sufyan ats-Tsauri (67-161 H. / 716-778 M.) adalah salah seorang ulama salaf shaleh, yang bergelar "Amirul Mu'minin fil Hadits" (lihat kitab "Hilyatul Awliya' wa Thabaqatul Ashfiya' karya Al-Imam Al-Hafizh Abu Nu'aim Ahmad bin Abdullah Al-Ashbahani, jilid 6 halaman 356, cetakan "Darul Fikr", Beirut - Libanon). Beliau sangat menganjurkan bagi orang-orang yang masih hidup untuk mengadakan sedekah selamatan kematian untuk orang yang sudah meninggal di kalangan keluarga atau kerabat mereka, sebagaimana tersebut di dalam kitab "Tanbihul Mughtarrin" karya Syaikhul Islam al-Hafizh al-Muhaddits Syeikh Abdul Wahab asy-Sya'rani (898-973 H. / 1493-1565 M,), halaman 102, cetakan "Darul Kutub al-Islamiyyah", Kalibata - Jakarta Selatan sebagai berikut:

و كان سفيان الثوري رحمه الله تعالى يقول : ان الميت يفتن فى قبره سبعة أيام , و لذلك استحبوا التصدق عنه تلك المدة مساعدة له حتى يلقن حجته

Artinya
======
"Imam Sufyan ats-Tsauri, semoga Allah ta'ala merahmati beliau, berkata: Sungguh mayit difitnah (diinterogasi oleh malaikat Munkar dan Nakir) di dalam kuburnya selama tujuh hari. Olehkarena itu, para ulama sangat gemar mengadakan sedekah selamatan kematian untuk mayit selama tujuh hari itu, dengan tujuan untuk membantu mayit (dalam menjawab pertanyaaan malaikat Munkar dan Nakir) hingga diajari hujjah-hujjahnya (bisa menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir)."


Hukum selamatan hari ke-3, 7, 40, 100, setahun, dan 1000 hari diperbolehkan dalam syari'at Islam. Keterangan diambil dari kitab "Al-Hawi lil Fatawi" karya Imam Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuthi jilid 2 halaman 178 sebagai berikut:

قال الامام أحمد بن حنبل رضي الله عنه فى كتاب الزهد له : حدثنا هاشم بن القاسم قال: حدثنا الأشجعى عن سفيان قال
قال طاوس: ان الموتى يفتنون فى قبورهم سبعا فكانوا يستحبون أن يطعموا عنهم تلك الأيام , قال الحافظ ألو نعيم فى الجنة: حدثنا أبو بكر بن مالك حدثنا عبد الله بن أحمد بن حنبل حدثنا أبى حدثنا هاشم بن القاسم حدثنا الأشجعى عن سفيان قال: قال طاوس: ان الموتى يفتنون فى قبورهم سبعا فكانوا يستحبون أن يطعموا عنهم تلك الأيام

Artinya:
"Telah berkata Imam Ahmad bin Hanbal ra di dalam kitabnya yang menerangkan tentang kitab zuhud: Telah menceritakan kepadaku Hasyim bin Qasim sambil berkata: Telah menceritakan kepadaku al-Asyja'i dari Sufyan sambil berkata: TelaH berkata Imam Thawus (ulama besar zaman Tabi'in, wafat kira-kira tahun 110 H / 729 M): Sesungguhnya orang-orang yang meninggal akan mendapat ujian dari Allah dalam kuburan mereka selama 7 hari. Maka, disunnahkan bagi mereka yang masih hidup mengadakan jamuan makan (sedekah) untuk orang-orang yang sudah meninggal selama hari-hari tersebut.

Telah berkata al-Hafiz Abu Nu'aim di dalam kitab Al-Jannah: Telah menceritakan kepadaku Abu Bakar bin Malik, telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, telah menceritakan kepadaku Ubay, telah menceritakan kepadaku Hasyim bin al-Qasim, telah menceritakan kepadaku al-Asyja'i dari Sufyan sambil berkata: Telah berkata Imam Thawus: Sesungguhnya orang-orang yang meninggal akan mendapat ujian dari Allah dalam kuburan mereka selama 7 hari. Maka, disunnahkan bagi mereka yang masih hidup mengadakan jamuan makan (sedekah) untuk orang-orang yang sudah meninggal selama hari-hari tersebut."

Selain itu, di dalam kitab yang sama jilid 2 halaman 194 diterangkan sebagai berikut:

ان سنة الاطعام سبعة أيام بلغنى أنهامستمر الى الأن بمكة و المدينة فالظاهر أنها لم تترك من عهد الصحابة الى الأن و انهم أخذوها خلفا عن سلف الى الصدر الأول

ِArtinya:
"Sesungguhnya, kesunnahan memberikan sedekah makanan selama tujuh hari merupakan perbuatan yang tetap berlaku sampai sekarang (yaitu masa Imam Suyuthi abad ke-9 H) di Mekkah dan Madinah. Yang jelas kebiasaan tersebut tidak pernah ditinggalkan sejak masa sahabat sampai sekarang, dan tradisi tersebut diambil dari ulama salaf sejak generasi pertama, yaitu sahabat."

Syeikh Nawawi Al-Bantani menerangkan tentang dibolehkannya mengadakan "Selamatan Kematian" di dalam kitab karyanya yang bernama"Nihayatuz Zain" pada halaman 281 (lihat tulisan pada foto kedua dan ketiga dari atas pada baris kalimat pertama s/d keempat !) sebagai berikut:

Artinya:
=====

Mengadakan selamatan kematian dari orang yang masih hidup untuk orang yang sudah meninggal tidak hanya dibatas pada tujuh hari saja, tapi juga bisa dilakukan lebih dari tujuh hari atau kurang dari tujuh hari. Pembatasan hari-hari tersebut merupakan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku pada suatu masyarakat, sebagaimana yang difatwakan oleh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. Dan, sesungguhnya kebiasaan-kebiasaan tersebut sudah berlaku pada suatu masyarakat berupa mengadakan sedekah kematian pada ketiga hari kematiannya, tujuh hari, dua puluh hari, empat puluh hari, dan seratus hari. Setelah itu diadakan "Haul" pada setiap tahun hari kematiannya, sebagaimana difatwakan oleh Syeikh Yusuf Sanbalawini.

CATATAN:
======

1. Sayyid Ahmad Zaini Dahlan adalah salah seorang guru Syeikh Nawawi Al-Bantani ketika belajar di Mekkah. Sedangkan Syeikh Yusuf Sanbalawini juga termasuk guru beliau ketika belajar di pesantrennya di Purwakarta - Jawa Barat.

0 Response to "Tentang Selamatan Orang Meninggal 3, 7, 40, 100, ...1000 (Tahlil)"

Powered by Blogger.